Sumbawa Barat, – Bertempat di Sentral IKM Poto tano, berlangsung Road Show dan Talk Show Industri dan Pengembangan Ekosistem Industri kamis (04/08) Pukul 09.00 Hingga Pukul 12.00 Wita. Talk Show yang menghadirkan Gubernur Nusa Tenggara Barat Dr. H. Zulkiflimansyah, SE dan Bupati Sumbawa Barat Dr. Ir. H. W. Musyafirin, MM diselenggrakan oleh Pemerintah Provinsi NTB, Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat, PT.AMNT, Kementerian Perindustrian, dan PT.Bank NTB Syariah, mengambil tema Sinergitas Pengembangan Industri dalam Mendukung Kawasan Industri Maluk.
Diawal kegiatan, Kepala Dinas Perindustrian Nusa Tenggara Barat Nuryanti, SE., ME menyampaikan bahwa Road Show dan Talk Show tersebut adalah dalam rangka menghadirkan ekosistem Industri di Kabupaten Sumbawa Barat. Terkait dengan keberadaan produk lokal, Pemerintah Provinsi berupaya untuk mengakomodir produk-produk lokal yang ada salah satunya dalam kesempatan di stand Dinas Perindustrian memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat untuk mendaftarkan merk. “Disitu disiapkan e-katalog lokal. Mulai dari instansi pemerintah maupun BUMD disediakan e-katalog lokal yang ada di KSB. Dan saat ini salah satu produk yang dimiliki oleh KSB adalah tepung mokap. Tepung mokap dapat digunakan ketika terjadi kelangkaan terigu. Dan KSB bisa menjadi daerah penyedia bahan mokap ketika dunia terjadi kekurangan terigu”, Ungkap Kepala Dinas Perindsutrian.
Dalam kegiatan Road Show dan Talk Show tersebut, hadir audiens dari SMK, SMA se-Kabupaten Sumbawa Barat, para pengusaha UMKM, petani dan nelayan. Talk show dipandu oleh moderator Agus Talino Pimpinan Harian Suara NTB. Dalam pembuka dialog tersebut, Agus Talino menyampaikan bahwa dialog tersebut sangat luar biasa karena bisa mempertemukan orang penting yang ada di NTB. “Baru pertama kali saya bisa mempertemukan kedua orang hebat ini”, ungkap Agus Talino.
Dalam kesempatan pertama, moderator memberikan kesempatan kepada Gubernur NTB Dr. Zulkiflimanyah, SE menyampaikan pandangannya terkait dengan industrialisasi. Dalam kesempatan tersebut, Gubernur menyampaikan bahwa Industrialisasi bukan hanya kita bicarakan tapi kita laksanakan. “Yang saya mau sampaikan sekarang bukan industrialisasi konsepnya gubernur, tetapi teori yang memang sudah ada sebelumnya tentang Industrialisasi tersebut. Saya yang mempelajari ekonomi, menyampaikan nkepada kita semua kenapa industrialisasi kita lakukan, karena peninggkatan jumlah tenaga kerja tidak berbanding lurus dengan peningkatan lapangan pekerjaan. Misalnya contoh kecil di sektor pertanian. Dalam satu areal lahan pertanian di garap oleh 5 orang petani dan menghasilkan gabah 5 ton. Masing – masing mereka mendapatkan satu ton. Selanjutnya mereka tentu memiliki anak yang tumbuh dewasa, punya menantu. Katakanlah mereka ini ikut menjadi petani penggarap. Maka tentu hasil yang 5 ton tersebut di bagi rata lagi, dan tentu hasil pembagiannya semakin sedikit. Ini contoh kecil, bagaimana caranya agar petani ini tidak hanya sebagai penggarap tetapi bisa dipikirkan agar bagaimana produksi gabah ini bisa dibuat menjadi industri sehingga memiliki nilai tambah. Petani tidak lagi menjual gabah tetapi menjual padi yang sudah di packing dan tentunya memiliki nilai tambah dari sebelumnya”, terang Gubernur.
Gubernur melanjutkan bahwa tidak mungkin lapangan pekerjaan ditampung oleh sektor pertanian saja. Setiap tahunnnya terjadi peningkatan jumlah tenaga kerja tetapi tidak meningkatkan produktifitas. Peningkatan laju pertumbuhan angkatan kerja bisa menyebabkan ketersediaan tenaga kerja semakin berkurang, bahkan menuju ke arah minus. Itulah kondisi yang biasa kita sebut adanya pengangguran terselubung. Mereka bekerja, tetapi hanya pada saat-saat tertentu saja.
Jangan bayangkan industrialisasi itu seperti PT. AMNT, ada terbangun gedung pabrik yang besar. Tetapi industrialisasi itu bagaimana kita bisa mengolah hasil pertanian, perikanan yang ada, tapi jangan dijual dalam bentuk mentah tetapi sudah diolah menjadi produk siap pakai. Saya melihat daerah yang paling mungkin melakukan industrialisasi adalah Kabupaten Sumbawa Barat. Memang untuk mewujudkan itu butuh kepiawaian pemimpin daerah. Industrialisasi itu lama, panjang, berliku-liku dan menanjak.
“Saya mengambil contoh ketika saya melakukan kunjungan ke Pabrik ikan di surabaya. Disitu terdapat cool storage tempat ikan-ikan yang dibeli kemudian dimasukkan ke dalam pendingin tersebut. Ternyata ikan – ikan yang ada di pabrik Surabaya itu adalah ikan – ikan yang dibeli di beli dari sekotong dan sape. Kita jangan bangga ketika produk kita di ekspor keluar negeri, tetapi saya akan bangga ketika produk yang kita jual tersebut telah menjadi produk barang jadi yang sudah dikemas dan memiliki nilai jual lebih”.
Gubernur melanjutkan bahwa, di Kabupaten Sumbawa Barat sekarang ini kita punya tugas untuk membujuk PT. AMAN untuk membantu meningkatkan nilai tambah. Kita bangun kerjasama agar produk industri yang ada di KSB punya pasar. Meskipun dari sisi biaya produksi tidak bisa menupi dengan harga yang diberlakukan tetapi disitu ada cost of learning, pembelajaran. Semua dinaa menggunakan produk lokal. Kalau percaya hasil statistik. Angka ekonomi tinggi tapi cara kerja kita masih tradisional. Tidak ada mental industrialusasi tapi pedagang.
Dalam kesempatan selanjutnya, Bupati Sumbawa Barat Dr. Ir. H. W. Musyafirin, MM menyampaikan upaya keras yang telah dilakukan untuk menjadikan KSB sebagai kawasan Industri. “Saat itu saya bersama Asisten 2 (saat itu Pak Aji Amri) bersama Kepala Bappeda Bapak Riduansyah berada di kementerian Perindustrian, mencoba memasukkan Kabupaten Sumbawa Barat di kawasan Maluk statusnya bisa menjadi kawasan Indsutri. Alhamdulillah tanggal 17 Januari 2020 KSB masuk ke dalam RPJMN 2020/2024 Maluk sebagai Kawasan Indsutri.
“Ada hal yang kita temukan di dalam masyarakat tentang perilaku sosial masyarakat. Karakter sosial masyarakat belum mendukung. Kita ambil contoh misalnya ketika masyarakat menanam bawang, cabai, dan bahan – bahan lainnya, ketika ada warga, sanak famili lewat didepan rumah, disiruh petik sendiri untuk dibawa pulang kerumah. Tetapi ini tantangan buat kita. Kita berharap dengan keberadaan operasional PT.AMNT nantinya dapat memberikan nilai tambah bagi proses indsutrialisasi di KSB. Di maluk itu ada pasar khusus bagi produk – produk”.
Sebagai bentuk komitmen Pemerintah KSB dalam menjamin pasar produk indsutri olahan rumah tangga UMKM yang ada di KSB, Pemda meminta kepada PT. AMNT untuk dapat mengakomodir. “Jangankan diminta harga tinggi, harga murah pun kita beri, agar bagaimana produk UMKM dapat tersalurkan, nanti Pemerintah Daerah akan suport. Demikian pula dalam proses rekonstruksi Smelter saat ini, Pemerintah Daerah juga selalu menyampaikan agar material lokal harus dipergunakan”, jelas Bupati.
Sementara itu kesempatan terakhir diberikan kepada Aditya perwakilan dari PT. AMIN menerangkan bahwa PT. AMIN merupakan afiliasi dari PT. AMNT. “Kami memiliki fungsi untuk mengelola pada industri hilirnya. Kebijakan Pemerintah Pusat untuk melarang export tembaga sudah tepat. Hampir 30 persen pemanfaatan bahan tembaga pada , insudtri ac, kabel, dll. Tembaga inilah yang akan dihasilkan di KSB nantinya. Produk – produk yang akan dihasilkan nantinya berupa katoda tembaga, lumpur anoda pada indsutri industri hilir dengan kapasitas 900.000 ton per tahun. Dari 900.000 ton, ada 22.000 katoda tembaga, kabel, cubing, dikelola industri hilir. Hampir srparuh katoda tembaga di inport material. Salah satu yang akan dihasilkan pada industri hilir nantinya yaitu Asam sufat yaitu bahan baku untuk pupuk. InsyaAllah mulai september konstruksi lapangan. Kami sudah berkomitmen terkait dengan CSR, dan sosialisasi rekruitmen tenaga kerja”, tutup Aditya.