(0372) 8281747, 8281748 Fax. (0372) 8281765 prokopimksb@gmail.com

Sumbawa Barat — Pengurus Daerah Masyarakat Ekonomi Syariah (PD MES) Kabupaten Sumbawa Barat menggelar Seminar Pariwisata Halal sebagai upaya memperkuat pemahaman dan arah pengembangan sektor pariwisata di daerah. Kegiatan ini berlangsung pada Selasa, 2 Desember 2025, bertempat di Kila Balad, mulai pukul 09.00 WITA.
Seminar menghadirkan dua pemateri kompeten, yakni Wahyu Khalik, M.Par, Dosen Pariwisata Syariah UIN Mataram, dan M. Taufiq Hizbul Haq, SH, Presiden Asosiasi Selam ISTDA. Diskusi dipandu oleh Jalaluddin, S.E.I., M.P, Ketua Pusat Kajian Pariwisata dan Pembangunan Pertanian Universitas Cordova, yang memberikan alur dialog interaktif sepanjang kegiatan.
Ketua Panitia, Bahri Rahmat, dalam laporannya menyampaikan bahwa seminar ini merupakan agenda yang telah direncanakan sejak lama dan baru dapat terealisasi tahun ini. Ia menegaskan bahwa kegiatan tersebut bertujuan memberi pemahaman komprehensif kepada para pelaku wisata mengenai konsep dan arah pengembangan Pariwisata Halal di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB). Peserta seminar berasal dari unsur Pokdarwis, BUMDes, dan para Kepala Desa se-Kabupaten Sumbawa Barat, yang menjadi garda depan penggerak pariwisata di tingkat desa.
Dalam sambutannya, Kabid Destinasi Wisata Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga KSB, Zulkifli, SE, menyampaikan pesan Bupati Sumbawa Barat terkait komitmen penuh pemerintah daerah dalam pembangunan sektor pariwisata.
Ia menjelaskan bahwa tahun ini Pemerintah Daerah mulai mengembangkan konsep Pariwisata Kerakyatan yang berlokasi di Kecamatan Brang Ene, dan akan terintegrasi dengan keberadaan Bendungan Tiu Suntuk.
Konsep ini diharapkan tidak hanya menghadirkan destinasi baru, tetapi juga memberi dampak nyata bagi peningkatan ekonomi masyarakat sekitar.
Sementara itu, Sekretaris 1 PD MES KSB, Roy Marhandra, SE., M.Sos, menegaskan bahwa seminar ini diharapkan mampu melahirkan gagasan konkret dalam mendukung program Pariwisata Kerakyatan Pemerintah Daerah dengan memadukannya melalui pendekatan Pariwisata Halal.
Ia menekankan bahwa masyarakat tidak perlu alergi terhadap istilah “halal” dalam konteks pariwisata. Banyak negara dan daerah di Indonesia telah membuktikan keberhasilan konsep ini dalam meningkatkan daya tarik wisata serta memberikan kenyamanan bagi wisatawan.
“Melalui diskusi ini, kita ingin mendapat gambaran tentang arah pengembangan Pariwisata Halal di KSB yang tetap berpijak pada nilai-nilai dan norma Islam yang hidup di tengah masyarakat,” ujarnya.
Kegiatan ditutup dengan sesi diskusi dan tanya jawab antara narasumber dan peserta. Berbagai pandangan, pengalaman, serta ide inovatif muncul sebagai wujud antusiasme peserta dalam mendorong tumbuhnya sektor pariwisata yang sesuai karakter daerah, berkelanjutan, dan memberi manfaat langsung bagi masyaraka